Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tapi sekarang sudah mendunia. Ada banyak alasan orang-orang makan tempe, dari kaum vegetarian yang menggantikan daging dengan tempe sebagai sumber protein hingga orang-orang yang memang menyukai makanan enak dan murah meriah namun berlimpah nutrisi. Bagaimana dengan pemirsa? 🙂
Dengan semakin dikenalnya tempe di manca negara dan menjadi salah satu kuliner pilihan, maka tempe tak hanya diproduksi di Indonesia saja. Sebagai contoh Jepang telah bisa memproduksi sendiri tempe, begitu juga di Benua Biru Eropa seperti Belanda yang memiliki banyak warga asing Indonesia dan familiar dengan kuliner bumi katulistiwa ini. Jelaslah familiar ya.. lha menjajah negara aja sampai 3 abad lebih hhh..
Bagaimana di Austria? Selama aku bermukim di Austria, aku belum pernah menemukan tempe dijual di supermarket-supermarket besar di negeri anggur ini. Aku memenuhi kebutuhan akan tempe dengan membuat sendiri setelah sekian lama keinginan dan kerinduan akan tempe ini terpendam
Tapi benarkah tempe sama sekali tidak ada di Austria?
Bagaimana sejarah tempe hingga akhirnya terkenal ke seluruh dunia? Kita ikuti kisahnya yuk 🙂
Sejarah tempe
Tempe adalah makanan kedelai tradisional asli Indonesia. Makanan tradisional ini telah dikenal berabad-abad lamanya, dalam tatanan budaya makan masyarakat suku Jawa, khususnya di Yokyakarta dan Surakarta
Adalah Serat Centhini yang merupakan kesusastraan Jawa yang disusun pada abad ke-19 menggambarkan kehadiran tempe ini. Pada manuskrip Serat Centhini dalam bab 3 dan bab 12 dengan seting Jawa abad ke-16 telah ditemukan kata ’tempe‘, misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe dan kadhele tempe srundengan. Jae santan tempe itu sendiri adalah sejenis masakan tempe dengan santan
Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisonal Jawa- mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah dan berkembang sebelum abad ke-16
Kata tempe berasal dari bahasa Jawa kuno. Pada zaman Jawa kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1975 dalam sebuah kamus bahasa Jawa Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Pada saat itu masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Kedelai difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Seiring dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru tanah air inilah, selanjutnya teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia,
Tempe di Indonesia
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pusat kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 47% tahu dan 10% dalam bentuk produk lain seperti tauco, kecap dan lain-lain. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg
Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian yang diterbitkan tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II selamat karena tempe. Tempe yang kaya protein telah menyelamatkan kesehatan penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan rendah
Namun nama tempe pernah digunakan untuk mengacu pada sesuatu yang bermutu rendah di daerah perkotaan Jawa terutama Jawa Tengah. Istilah ’mental tempe‘ atau ’kelas tempe‘ digunakan untuk merendahkan karena murah seperti tempe. Soekarno, Presiden Indonesia pertama sering memperingatkan rakyat Indonesia dengan mengatakan,“Jangan menjadi bangsa tempe.“ Baru pada pertengahan tahun 1960-an pandangan mengenai tempe ini berubah
Pada tahun 1060-an adan awal 1970-an terdapat sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe di Indonesia seperti pada pembungkus, ragi dan kedelai
Daun pisang mulai digantikan dengan plastik (polietilena) untuk membungkus tempe. Ragi berbasis tepung yang mulai diproduksi tahun 1976 oleh LIPI yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia banyak digunakan oleh Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, Kopti yang ikut menggantikan laru tradisional, begitu juga kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat dan industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Kopti yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu
Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 31442009. Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai “produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas tempe“
Tempe di luar Indonesia
Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda. Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings, seorang ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia
Melalui Belanda, tempe menjadi populer di Eropa sejak tahun 1945. Sedangkan di Amerika Serikat setelah pertama kali dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang pertama melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe
Di Jepang, tempe diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sejak tahun 1983
Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika dan 8 di Jepang
Di beberapa negara lain seperti Cina, India, Taiwan, Srilanka, Kanada, Australia, Amerika Latin dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas
Bagaimana di Austria?
Selama aku tinggal di negeri musik ini, belum sekalipun aku menjumpai tempe di supermarket-supermarket bule ternama seperti Spar, Hofer dan Billa yang memang tempatnya masyarakat belanja segala kebutuhan sehari-hari termasuk dapur. Begitu pun di toko Asia dan Indonesia
Nah tetapi yang bikin aku suprais adalah saat aku menuliskan kata tempe pada mbah google. Eh tak dinyana terhamparlah peta dimana tempe ini dijual di Austria, tepatnya di kota dekat aku tinggal. Wow.. ada juga ternyata tempe di Austria ya.. Meski bukan di supermarket umum yang besar, tapi lumayanlah usahanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan tempe. Belum aku survei sih siapa saja konsumennya, warga Asia atau warga Indonesia atau malah bule sendiri. Begitu juga pemasoknya.. apa dari warga Indonesia, atau diimpor dari negara Eropa lainnya atau malah bule Austria sendiri yang memproduksi 😊
Nah demikianlah pemirsa edisi kali ini mengenai sejarah tempe dan kehadirannya di manca negara, dari Eropa hingga Amerika. Semoga bermanfaat
Sampai berjumpa kembali