Jalan-jalan sore menelusuri gemeinde, kampung di Austria di musim semi

Senangnya jalan-jalan di sore hari menelusuri lingkungan tempat kita tinggal dan menikmati keindahannya. Apalagi ane ya, seperti lepas dari kandang senangnya ga kepalang 😊 Maklum, hampir selalu di rumah aja dengan segala aktivitas emak-emak rumah tangga sambil nunggu suami pulang kerja 😊

Ane dan suami memang jarang sih keluar rumah jalan-jalan menelusuri area tempat tinggal kita. Paling banter jauhnya hanya beberapa meter, itu pun main ke halaman rumah tetangga dan ngobrol-ngobrol sedikit sambil menikmati pemandangan sekitarnya yang memang masih asri.

Nah, tumben suatu sore di musim semi ini suami ngajak ane jalan-jalan menelusuri kampung tempat kita tinggal. Wah, kebetulan nih.. Ini dia yang ane nanti-nanti, apalagi kalo bukan menikmati keindahan musim semi, terutama lautan bunga. Senang banget ane. Ga ane tanya suami kenapa tumben ngajak ane jalan-jalan sore keliling area sekitar kita tinggal, nanti suami berubah pikiran lagi..  waduh sayang dong 😊

Dah kebayang ane nantinya ketemu lautan bunga-bunga putih dan merah dambaan ane, yang jarang-jarang ane temui langsung di depan mata. Biasanya mereka sering ane lihat dari balik kaca mobil kalo kita keluar rumah untuk suatu keperluan, seperti belanja kebutuhan sehari-hari

Lingkungan tempat kita tinggal ini berada di area terkecil dalam sistem pemerintahan negara Austria, yang biasa disebut gemeinde. Selanjutnya ane sebut aja kampung ya.. Setingkat di atas kampung terdapat kota yang juga merupakan ibukota dari gemeinde. Kota membawahi beberapa gemeinde hingga 30 gemeinde. Wow.. banyak banget ya.. Setingkat di atas kota terdapat negara bagian. Negara bagian ini membawahi beberapa kota. Negara bagian ini kalo di Indonesia ibarat propinsi

Ok, balik lagi ke gemeinde ya.. Kampung tempat kita tinggal ini memiliki penduduk ga lebih dari 2000 jiwa, seperti umumnya gemeinde-gemeinde lainnya. Namanya juga kampung, ga padat penduduknya. Kalo ramai kota dong namanya 😊

Nah, karena kampung, tentunya masih serba alami ya.. seperti pemandangannya yang masih hijau asri, diliputi pepohonan dan rerumputan. Ga beda jauh dengan kampung-kampung di tanah air yang masih hijau asri.

Negara Austria terkenal dengan green of heart yang mana 70% wilayahnya berhutan, yang mana yang terbanyak adalah di negara bagian Austria yaitu Styria, masih tetangga dengan negara bagian dimana kita tinggal. Begitu juga dengan area kita tinggal yang masih berbukit-bukit meski ga tinggi-tinggi amat ini, hijau asri adalah hal yang lumrah dimana-mana, apalagi kalo musim semi.

Sejauh mata memandang, hijau yang mendominasi. Di balik bukit terdapat hutan lebat, dari hutan cemara dengan hijau abadinya hingga hutan dari berbagai jenis pepohonan. Bagus untuk bumi ya biar selalu segar sehat alami no polusi 😊 Kita pernah jalan-jalan ke area hutan ini. Saat musim semi begini, selain pepohonan yang mulai tumbuh kembali dengan daunnya yang hijau, warna putih pun ikut mendominasi dari bunga-bunga yang bermekaran. Wah seru ya..

Dari rumah kelihatannya dekat, seperti hanya beberapa meter saja jaraknya. Ternyata butuh waktu saat didatangi lho. Lumayan kalo jalan kaki 😊 Dari rumah kita bermabil sekitar 5 menit kemudian mencari tempat parkir dan mulai mengeksplor area yang sangat indah ini.

Tapi sore ini kita ga ke hutan ya.. Hanya jalan-jalan seputaran lingkungan kita tinggal aja. Berawal ke halaman luas yang dipenuhi dengan tanaman bakung  berwarna putih, semenit aja jalan kaki dari rumah. Wow.. masih tetap mempesona bunga-bunganya meskipun sudah mekar sejak 2 minggu yang lalu 😊 Tanaman ini berbunga setiap tahun di bulan yang sama di musim semi. Wah.. seru ya pemirsa 😊

Ini adalah halaman milik kantor pemerintah, seperti kantor camat atau kelurahan begitulah. Suami melangkahkan kakinya menuju belakang kantor ini yang memang dipisahkan jalan. Ternyata di balik kantor ini terbentang lapangan yang cukup luas. Ada lapangan untuk olahraga, padang rumput dan deretan pohon dengan bunga sakura berwarna merah menyala yang sedang mekar-mekarnya. Bisa ditebak kan ane kalo lihat yang cantik-cantik begini, langsung berhenti dan jepret sana sini 😊 Ga lupa minta bantu suami juga untuk memfoto ane dan bunga-bunga yang menjuntai manja yang kejangkau jari jemari ane 😊Setelah puas, kita lanjut jalan lagi.

Kali ini menelusuri jalan setapak dengan padang rumput yang sangat luas di kiri kanan yang dipenuhi bunga-bunga liar kuning dan putih yang lumayan cantik, yang tumbuh subur belum sempat dipangkas. Sambil jalan ane ga henti-hentinya memfoto sementara suami dah jauh di depan.

 

Saat dirasa belahan jiwanya ga ada di sampingnya, suami spontan menoleh ke belakang dan tersenyum manis melihat ane yang berusaha mengejarnya 😊 Maklum ya langkah kaki cowok ga sama dengan langkah kaki cewek. Suami selangkah, ane dua langkah, bahkan kerap berlari untuk mengimbanginya 😊

Cantiknya pemandangan ini Ya Allah.. Dari kejauhan terlihat rumah penduduk dengan pepohonan di sekitarnya. Didaratan tingginya terbentang ladang yang siap tanam, yang berwarna hitam, krem dan ladang-ladang lainnya berwarna hijau dan coklat, seperti hamparan permadani

Merupakan hal biasa kalo di area perkampungan seperti di area tempat ane tinggal ini memiliki padang rumput yang sangat luas, begitu juga halaman luas seluas lapangan bola untuk berladang dan bercocok tanam. Beberapa warga mengandalkan kehidupannya dari berladang dan berkebun. Hasil ladang atau kebun yang berlimpah dan mencukupi untuk kebutuhan lokal, diekspor hingga ke negara tetangga.

Nah, ada sesuatu yang khas untuk negara Austria lho dan menurut suami mungkin juga negara tetangganya Jerman, yaitu aroma khas yang agak gimana gitu.. apalagi kalo musim tanam tiba. Ane awalnya heran dengan aroma khas ini. Aroma apa ini.. kok nyesek ya 😊Kalo aroma parfum tentu tak mengapa. Ternyata pemirsa, ini adalah aroma pupuk organik untuk menyuburkan tanaman 😊Suami bilang Austria biasa menggunakan pupuk organik seperti pupuk kompos dan pupuk kandang untuk bercocok tanam dibanding pupuk-pupuk kimia. Makanya tanaman di Austria tumbuh subur dengan produk yang berlimpah hingga diminati negara tetangga.

Nah, tibalah kita ke area rumah warga setelah sebelumnya melalui jalan setapak lagi dengan kiri dan kanan pepohonan keluarga ceri seperti apel, pear, plum dan kawan-kawan yang sedang berbunga dengan lebatnya. Senang banget liat lautan bunga putih ini. Ga ketinggalan tanaman liar, kali ini berwarna pink dan ungu. Wow cantiknya 😊

Rumah-rumah warga di kampung beraneka model dan umur, ada rumah tua model jaman dahulu kala era kerajaan hingga jaman oma opa maupun yang agak mudaan dikit jaman modern ini. Dari bergaya chalet atau semi permanen setengah kayu setengah beton hingga bergaya modern.

Biar kata kampung, apartemen bertingkat pun ada, lengkap dengan ruang bawah tanahnya. Kalo apartemen biasanya milik perusahaan yang disewa warga. Satu apartemen dengan tiga kamar tidur perbulan dipatok 750 Euro atau sekitar 15 juta rupiah

Rumah-rumah warga jarang dipagar setinggi tiang. Kalo pun ada, biasanya pagar dari tanaman semak-semak seperti dari jenis Forsythia yang berwarna kuning di awal musim semi dan Spiraea putih dan pink cerah yang berbunga lebat di musim semi dan panas. Ada juga pagar dari kayu tipis yang disusun mendatar hingga vertikal dan saling silang.

Paling mewah itu pagar besi setinggi lutut ane 😊 Sederhana pagarnya. Tapi ini yang malah bikin ane terpesona, terlihat indah dan elegan. Bener ya kata orang bijak, mempesona itu ga perlu mahal 😊

Warganya terbilang ramah, selalu say hello duluan kalo ketemu, ga cowok ga cewek, ga tua ga muda. Tapi ya hanya sekedar begitu, ga sampai akrab apalagi saling mengunjungi atau silahturahmi seperti di Indonesia

Kita terus menelusuri area ini hingga akhirnya selesai melewati kawasan perumahan ini, suami mengajak ane menyebrang jembatan dengan sungai jernih yang ga seberapa luas, lebarnya hanya sekitar 2 meter. Di bawah jembatan di sekitar area sungai yang sejuk ada beberapa warga yang duduk menikmati keindahannya, ada juga yang membawa anak kecil, bahkan memancing sambil main hp 😊

Melalui jalan setapak lagi, di sisi kiri sungai dan di sisi kiri tepatnya di depan kita lagi-lagi terdapat lapangan luas, lahan siap tanam dilatar belakangi perbukitan yang indah. Suami duduk sejenak di bangku yang disediakan untuk umum sementara ane sibuk memfoto pemandangan sekitarnya, termasuk tanaman liar yang rimbun, kali ini beragam.

 

Ada seperti tulip super mini berwarna kuning cerah, tanaman dandeleon dengan bunga kuningnya yang runcing, bunga putih seperti kapas yang bergumpal serta tanaman seperti cemara mungil dengan bunga warna ungu di sekujur tubuhnya 😊

Pepohonannya pun ga kalah indahnya. Salah satu pepohonan yang khas di Austria adalah ranting-rantingnya lengkap dengan dedaunan halus yang menjuntai ke bawah seperti tirai di rumah atau untaian perhiasan emak-emak berkelas 😊 Kalo di musim dingin ranting-rantingnya kering hitam dan tajam menghujam, nah di musim semi ini menghijau segar melambai sepoi-sepoi manjah 😊

Setelah suami selesai duduk dan ane pun selesai dengan aktivitas ane layaknya peneliti menemukan obyek baru, kita lanjut perjalanan dan sampailah ke jalan raya menuju rumah. Masih kita temui lapangan luas dengan rerumputan yang hijau sedikit kuning dan putih karena dipenuhi bunga liar. Rerumputan ini ada yang sengaja dibiarkan untuk makanan hewan liar yang biasa bermain hingga kemari, seperti kelinci dan kawan-kawan.

Di sore yang cerah ini beberapa warga keluar rumah menikmati sore yang indah seperti kita. Ada yang berkuda dan menyapa ramah kita. Karena di Eropa, berkuda adalah hal yang biasa buat warga.

Kuda merupakan salah satu peliharaan mereka disamping kambing dan sapi yang dibiarkan bermain di lapangan rumput. Terutama kuda, memiliki tempat mejeng spesial di halaman samping rumah yang luas. Ane pernah mendapati mereka dengan rambutnya yang dikepang dan sangat bersahabat kalo ada yang datang mendekat

Akhirnya selesai juga kita jalan-jalan sore. Lumayan menggerakkan badan ya.. 45 menit jalan kaki ga terasa. Sebelum benar-benar masuk ke rumah, ane menyempatkan diri memfoto lagi. Kali ini tanaman lilac dengan bunganya berwarna ungu bergerombol yang sebagian mulai berbunga dengan anggunnya, begitu juga tanaman Spiraea dengan bunga berwarna putih bergerombol yang berbunga dengan lebatnya . Meskipun mereka tumbuhnya di halaman rumah, sayang kalo dilewatkan begitu saja. Bisa hilang momennya kalo ane ga segera mengabadikan mereka

Nah, demikianlah pemirsa episode kali ini mengenai acara jalan-jalan sore kita di musim semi mengelilingi kampung di Austria.

Nantikan episode selanjutnya ya.. Tetap semangat dan sampai jumpa lagi

Schreibe einen Kommentar