Saat kita berada di Muzdalifah, umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Adha
Setelah melaksanakan wuquf di Arafah, jemaah haji bergerak menuju Muzdalifah sesaaat setelah terbenamnya matahari (waktu maghrib). Untuk menuju ke sana, ada bis yang siap mengantar. Saatnya kapan ke sana tergantung jadwal. Umumnya dimulai dari maghrib sehingga di Muzdalifah jemaah haji melaksanakan sholat jamak magrib dan Isya. Waktu itu kita menunggu hingga pukul 11 malam karena ramainya antrian
Setibanya di Muzdalifah jemaah haji yang berkumpul sudah sangat banyak. Dari berbagai negara dan suku bangsa. Dari milyuner hingga rakyat jelata.. semua sama tak ada kasta. Muzdalifah merupakan area terbuka. Benar-benar beratapkan langit. Tak ada tenda-tenda untuk berteduh. Beberapa lampu menerangi area ini sehingga tak begitu gelap mencekam. Suhunya semakin beranjak malam semakin dingin. Tapi ini tidaklah ada apa-apanya dibanding dengan perjuangan Nabi kita terdahulu ya pemirsa 🙂
Muzdalifah adalah daerah terbuka di antara Mekah dan Mina di Arab Saudi yang merupakan tempat jemaah haji diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah. Muzdalifah terletak di antara Ma’zamain (dua jalan yang memisahkan dua gunung yang saling berhadapan) Arafah dan lembah Muhassir. Luas Muzdalifah adalah sekitar 12,26 km². Terdapat rambu-rambu pembatas yang menentukan batas awal dan akhir Muzdalifah
Sungguh sulit dicerna akal dengan begitu banyaknya jemaah haji yang mencapai jutaan orang, Muzdalifah yang hanya seluas mata memandang mampu menampungnya. Muzdalifah seperti elastis, dia akan mengembang dan mengempis sendiri tergantung para pengunjung/jemaah yang ada. Begitulah kuasa Allah yang Maha Perkasa ya pemirsa..
Apa saja yang kita lakukan di sini? Jemaah haji mengumpulkan batu kerikil. Kalau bisa cari yang besar ya.. sehingga nantinya mudah untuk melempar jumroh dan tepat sasaran, batunya tidak melayang di udara 🙂 Tetapi belum juga sampai penuh mencari, dah dikasih aja sebungkus batu kerikil dari petugas-petugas yang berjaga. Nah tapi tetap harus mencari batu kerikil ya, karena kita tidak tahu batu-batu yang ada di dalam bungkusan lumayan besar atau terlampau kecil, mencukupi atau tidaknya untuk melempar jumroh nantinya
Selesai beraktivitas mencari batu kerikil, kita berisirahat. Beratapkan langit dan beralaskan tanah yang kering tandus berbatu. Di beberapa area disediakan karpet. Area yang tidak kebagian karpet menggelar tikar yang dibawa dari Arafah bahkan tak beralaskan apa-apa. Sembari menunggu pagi, kita melakukan apa saja untuk mengisi waktu. Mulai dari melantunkan ayat suci Al.qur’an, berzikir, berdoa hingga istigfar
Bermalam di Muzdalifah wajib hukumnya dalam haji. Maka siapa saja yang meninggalkannya diharuskan membayar dam atau denda. Dianjurkan mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, bermalam di Muzdalifah hingga memasuki waktu sholat subuh, kemudian berhenti hingga fajar menguning. Tapi ada keringanan untuk orang-orang yang lemah seperti wanita dan orang-orang tua, boleh meninggalkan Muzdalifah setelah lewat tengah malam
Pengalaman jemaah haji Indonesia tahun 2023, kita menunggu bis dari lewat tengah malam hingga pukul 09.00 pagi. Lumayan dari malam yang dingin menggigit berganti pagi yang sejuk lanjut semakin naik suhu matahari semakin bersinar terik. Beberapa jemaah mengeluarkan apa saja untuk melindungi diri dari teriknya Sang Surya, mulai dari topi, cadar hingga payung. KIta tidak sendiri. Tidak hanya rombongan kita. Tercatat ada beberapa rombongan yang mengantri seperti kita juga
Alhamdulillah bis yang ditunggu akhirnya datang menjemput dan perjalanan kita berlanjut menuju Mina