Saat mendapat kesempatan melaksanakan ibadah haji tahun 2023 kemarin, betapa bahagianya hatiku termasuk para calon jemaah haji waktu itu. Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ada yang menunggu selama 12 tahun sepertiku, yang seharusnya masa tunggu 9 tahun menjadi 12 tahun karena corona melanda dunia kala itu. Ada juga yang saat itu didaftarkan orangtuanya saat masih anak-anak dan yang menggantikan orang tercinta yang berpulang menghadap Allah
Tentunya hal ini disambut suka cita oleh seluruh calon jemaah. Begitu juga aku. Meski untuk ini aku harus meninggalkan suamiku berbulan-bulan karena aku ikut hajinya di Indonesia, bukan di Austria negara aku menetap sejak menikah dengan suami
Sambutan dan pelayanan di negeri Arab terhadap jemaah haji cukup baik. Termasuk soal makan. Pihak Indonesia melalui Kementrian Agama telah mengatur ini
Alhamdulillah dapat makan tiga kali sehari yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Nasi harus selalu ada, tidak tergantikan dengan kentang apalagi roti. Lauknya bervariasi, mulai dari daging, ayam hingga ikan. Pada umumnya digoreng. Sesekali disemur untuk daging dan ayamnya. Untuk sayuran biasa yang ada di negeri padang pasir ini ya pemirsa.. seperti kubis, kentang, wortel. Sesekali ditumis
Makanan harus segera dikonsumsi. Karena beda ya suhu di negeri jazirah Arab ini dengan di Indoesia, apalagi di Austria. Suhu menyebabkan makanan harus segera dikonsumsi agar tidak menimbulkan efek kesehatan yang buruk. Makanan juga harus benar-benar diseleksi, yang terbaik untuk jemaah haji. Bagi yang alergi terhadap makanan tertentu, di kertas penutup makanan juga telah tertulis daftarnya
Misalnya alergi telur atau makanan laut seperti ikan dan sebagainya
Buah pun diberikan tiga kali sehari, mulai dari pisang, apel, pear hingga jeruk. Lumayan terjamin gizi kita masyaAllah tabarakallah
Bagaimana soal rasa? Nah ini juga perlu dipertimbangkan. Rasa makanan harus disesuaikan dengan kondisi alam di Saudi yang panas, usia dan status kesehatan jemaah haji Ga bisa harus pas selera Indonesia yang penuh bumbu dan pedas. Contoh saja tingkat kepedasan jemaah haji yang masih muda dengan yang sepuh tentu berbeda. Belum lagi kalau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Mau makan enak tapi malah diare dan mengganggu ibadah kan ga nyaman ya pemirsa 🙂
Makanya rasa makanan dibikin sedemikan rupa agar dapat menjangkau seluruh lapisan jemaaah haji. Kalau mau yang pedas dan selera nusantara serta membangkitkan selera makan, bisa bawa bekal dari tanah air seperti abon ikan dan sambel teri
Karena lumayan lama kita di Arab Saudi berkisar 40 hari, tentunya ada rasa rindu akan makanan tanah air ya.. Alhamdulillah ada yang jualan makanan Indoesia di hotel kita menginap, tepatnya di pelataran hotel. Mereka hadir menjelang subuh hingga pagi. Rata-rata yang menjual makanan adalah warga negara Indonesia yang menetap di Arab Saudi
Macam-macam jualannya. Ada cemilan manis seperti donat, ada sepaket nasi lengkap dengan sambel dan lauknya, ada bakso juga. Bakso paling diminati para jemaah haji tentunya 🙂
Kalau mau cita rasa Timur Tengah juga ada. Di seberang jalan hotel kita menginap terdapat restoran yang menjual nasi biryani dan ayam gareng ungkep. Nah yang ini aku suka banget karena rasanya yang mantap. Porsinya juga jumbo lho pemirsa. Untuk perutku bisa tiga kali makan nih 🙂
Pokoknya bisa-bisa para jemaah haji saja mengatur makanan, jangan sampai kebablasan yang akhirnya berdampak pada kesehatan, ujung-ujungnya ibadah terhambat
Alhamdulillah soal makanan kita para jemaah tidak pernah kekurangan ya pemirsa.. ada saja dari pihak penyelenggara haji bahkan dari pemerintah setempat yang membagikan makanan, minuman ringan dan cemilan. Minuman kemasan pun selalu tersedia. Air zam-zam kemasan lumrah ada di Mekah dan Madinah. MasyaAllah air zam-zam yang diidam-idamkan dan langka selama ini, saat kita menunaikan ibadah haji tersedia berlimpah. Seperti menemukan berlian awalnya aku, rasa syukur yang tak terkira