Bagaimana caranya untuk mencapai daerah gunung Dachstein yang tertinggi di Austria dengan ketinggian hampir 3000 m di atas permukaan laut ini dan menikmati panoramanya yang mempesona ya? Yuk, mari kita lanjutkan lagi kisah perjalanan ane 😊
Setelah melalui jalan tol Dachstein selama satu jam, kemudian masuk kawasan Dachstein yang menanjak kira-kira 15 menit sepanjang lebih kurang 700 meter, sampailah ane dan suami dan juga adek ipar semata wayang yang ikut juga dalam perjalanan kali ini di stasiun pertamanya, stasiun lembah.
Di stasiun ini ada emak-emak petugas yang menjaga loket, dimana kita memulai transaksi membeli tiket menuju ke stasiun gunung. Si emak ini lumayan ramah melayani kita. Tiket menuju gunung Dachstein melalui jalur udara ini seharga 31 Euro per orang atau sekitar Rp.527.000. Wow, fantastis. Sama aja seperti harga tiket pesawat ya 😊
Suasana di stasiun ini terbilang sepi. Saat kita tiba, hanya ada kita. Ga tau apa karena tiketnya kemahalan atau emang lagi ga musim liburan atau kita adalah peserta terakhir, karena saat tiba dimari jam dah menunjukkan pukul 14.30😊 Setelah selesai transaksi kita menunggu beberapa saat pesawatnya siap, dalam hal ini pesawatnya adalah gondola ya 😊
Sejak beberapa edisi sebelumnya ane dah singgung nama gondola. Sebenarnya apa sih gondola itu? Bagi yang biasa naik gondola pasti tau. Tapi bagi ane yang orang kampung ini, tau gondola aja sekilas info 😊 dan lebih jelasnya apa itu gondola saat ane akhirnya naik gondola pertama kali di Dachstein ini. Ceritanya nih ane ditawarin duduk ma suami ane, tapi sayang ah, jauh-jauh dari kampung naik gondola hanya duduk manis aja 😊 Ane lebih memilih berdiri. Seperti biasa ane ga bisa diam, ada aja hal yang jadi obyek jepretan amatir ane. Nah, saat mata lagi tajam-tajamnya memandang seksama tiap jengkal pemandangan, mata ane tertumbuk pada tulisan perhatian di dinding alat transportasi yang mengangkut kita ke stasiun selanjutnya ini, gondola. Oh, jadi yang ane naiki ini gondola ya 😊
Yuk, kenalan ma gondola. Kebanyakan pengertian gondola yang biasa populer di kalangan umum ini adalah perahu dayung tradisional di Venesia, Italia atau rak di supermarket atau kereta gantung atau alat angkut yang biasa digunakan pekerja untuk membersihkan bangunan tinggi atau gedung bertingkat yang digerakkan secara vertikal maupun horisontal, dengan cara manual ataupun dengan bantuan motor listrik. Nah, gondola yang ane maksud disini seperti kereta gantung yang berfungsi sebagai alat transportasi yang membawa kita ke stasiun selanjutnya, begitu juga sebaliknya melalui jalur udara.
Saat kita mau naik gondola aja serasa naik pesawat. Kita menunggu di ruang tunggu, kemudian ada panggilan kalo gondola telah datang. Kita memasuki area dimana transportasi kita berada di lantai 2 pun kita harus memasukkan dulu tiket yang berupa kartu yang telah kita beli di pintu perbatasan, sejenis sensor lah biar aman 😊 Kalo kartunya asli dan kita pun ok, kita bisa masuk. Lumayan juga keamanannya ya.
Sejarah adanya jalur udara ini ga lepas dari Dachstein-Süwandbahn, yaitu jalur trem dua jalur di Ramsau am Dachstein di bagian massif Dachstein. Jalur ini telah dipikirkan pembangunannya sejak sebelum perang lho, sekitar tahun 1920-an. Sayang dengan adanya dua kali Perang Dunia, rencana ini urung dilaksanakan. Tapi akhirnya jalur udara ini dibuka juga pada tahun 1969.
Berlokasi di Ramsau am Dachstein di pegunungan Dachstein, jalur trem melalui udara dengan produsen Voest-Alpine dan operator Planai-Hochwurzen-Bahnen Gesellschaft mbH ini dimulai dari stasiun lembah Türlwandhütte dengan ketinggian 1702 m di atas permukaan laut dan berakhir di stasiun gunung dengan ketinggian 2700 m di atas permukaan laut. Jadi kita menempuh jarak dengan kenaikan vertikal menanjak hampir 1 km atau tepatnya 998 m. Wow.. bisa dibayangkan ga? 😊Waktu tempuhnya sekitar 6 menit. Ga terlalu merhatiin sih ya waktu tempuhnya, tapi sekitar 6 menit gitu deh.. karena kita sibuk mengabadikan momen indah ini yang pertama kali dalam hidup ane, bersama suami tercinta lagi 😊
Gondola yang disediakan untuk jalur udara ini ada 2 dan dapat menampung penumpang 43 sampai dengan 55 orang per gondola. Ga banyak penumpang, hanya 5 penumpang ditambah 1 mas supirnya saat kita naik gondola yang serasa naik pesawat ini. Telinga rasanya berdenging dan sakit. Maklum ya karena kita berada di atas ketinggian. Kita bisa lihat secara langsung mas supirnya mengendarai gondola ini.
Di gondola ini disediakan tempat duduk berupa kursi yang bisa dibuka tutup. Ada juga gantungan kalo kita ga mau duduk untuk berjaga-jaga kali aja hilang keseimbangan. Seperti gantungan di bis itu lho 😊. Ada juga ruangan balkon, tapi kita ga bisa ke sana karena dilarang untuk umum. Gondola ini dilapisi kaca hingga kita bisa leluasa melihat suasana di luar.
Pemandangannya MasyaAllah, indahnya.. Kita bisa lihat hamparan salju di bawahnya. Putih berkilau diterpa sinar matahari. Pepohonan cemara hijau maupun pepohonan yang hanya tinggal tulang aja tapi tetap ada nafas kehidupan 😊 Serasa di istana salju.. Belum lagi kalo kita memandang ke samping kiri dan kanan, barisan perbukitan dan pegunungan yang mejulang tinggi dihiasi salju juga, sesekali awan berarak berwana putih kadang hitam mau hujan. Burung-burung pegunungan terbang kian kemari dengan sayapnya yang membentang lebar, menambah indah suasana. Tapi jangan coba-coba bagi yang punya penyakit phobia ma ketinggian ya, bisa stress mendadak nanti😊
Akhirnya sampai juga kita di stasiun gunung. Kita berada di daerah gunung Dachstein dengan ketinggian hampir 3000 m di atas permukaan laut nih. Wow.. bagaimana rasanya? Benar-benar serasa berjalan di atas awang-awang… oh awan maksud ane 😊 Selama ini hanya bisa melihat awan di ketinggian hanya dari pesawat lalu gondola, dan sekarang.. ahay.. ini kenyataan lho.. ane sedang ga bermimpi 😊 Gimana kelanjutan serunya berada di atas awan ini.. yuk yang berjiwa petualang ikuti kisahnya di edisi selanjutnya 😊