Pluscity, Linz, Austria, the first class shopping

Kali ini emak-emak now mau jalan-jalan lagi. Rencana kita mulai musim semi ini. Tapi suami bilang musim seminya belum total banget datangnya, masih belum stabil, matahari kadang timbul tenggelam. Jadi untuk sementara kita jalan-jalannya yang dekat-dekat aja, ke Pluscity di kota Linz.

Ane awalnya ga tau apa itu Pluscity. Ane kira semacam nama kota. Ane ikut aja kemana suami pergi. Ane sebenarnya ga maksa sih mau jalan-jalan, tapi kalo diajak ya pasti ga nolak😊Ada toko Asia ga di Pluscity? Ane berharap banget😊 Soalnya ane dah kangen banget mau bikin aneka penganan dari sagu ataupun tapioka. Suami bilang kita liat aja nanti sesampai di Linz, kalo terlihat toko Asia di sepanjang jalan, kita hampiri yak! Ok 😊

Kota Linz dari rumah berkisar 45 menit naik mobil. Sayang ya saljunya ga ada lagi. Kalo masih ada asik banget difoto pemandangannya sepanjang jalan, cuci mata biar bening dikit mata. Biasanya kan emak-emak rutinitas berkutat di dapur berteman ma beras, kentang, sayur mayur dan bawang-bawangan ya 😉

Saat sampai tujuan ane baru tau kalo Pluscity itu bukan kota, tapi nama shopping center yang lumayan besar di kota Linz, tapi bukan yang terbesar. Tapi lumayan seru juga iklan balihonya memuat Plusciy is the first class shopping. Emang ga meragukan tempatnya elit dan cantik elegan modern. Kalo di tanah air beta kira-kira sama kayak kompleks mall kuningan, satu bangunan dengan bermacam-macam bangunan di dalamnya. Kok ane tau.. Ya, dulu bikin aplikasi visa termasuk fingerprintnya di kompleks ini 😊

Di dalam bangunan ini terdapat bermacam-macam bangunan seperti restoran cepat saji, restoran Asia (Jepang), supermarket, Media Markt, mall dengan merk terkenal seperti HM dan Swarovski, toko Oil & Vinegar (aaa.. jadi inget anak Kimia dan Farmasi nih 😊), trus bar yang menjual jus dan minuman smoothie dengan resep ala Hawai 😊

Ada pake lidah buaya dan jahe. Mungkin tersedia wedang jahe juga, tapi pas ane liat di daftar menunya yang tertulis mentereng di dinding ternyata ga ada. Tapi ok juga ya jual yang beginian, jus pake jahe atau lidah buaya. Hhhh.. ada juga ya minuman sehat di Eropa.. Kirain hanya doyan alkohol doang 😉

 

Di lantai berikutnya ada Marcoplatz, ini mungkin semacam tempat museum dan sejarah. Ah, tapi kita lagi ga pengen kesitu, kita lagi ga mau mikir yang berat-berat, kita mau yang rileks aja di sini sambil cuci mata. Jadi lanjut kita ke toko bio, menjual aneka produk bio/organik atau alami. Disini terdapat penganan seperti cornflake, tapi ini dari daging kelapa. Lumayan lho harganya. Sebungkusnya 5,99 Euro atau sekitar Rp.101.000! Jadi ingat di kampung halaman, kalo yang begini mah gratis tinggal petik di halaman belakang rumah 😊berlimpah kelapa, mau yang muda ataupun tua.

Ada juga beraneka keripik. Chips orang bule bilang. Keripik ini dari beraneka ragam buah, dari apel, cranberry sampai ke raspberry. Ada juga keripik kesukaannya suami, keripik pisang. Harganya.. jangan ditanya.. satu kg dari yang berharga 22 Euro atau sekitar Rp.374.000 yang mencapai dua juta lima ratus ribu rupiah 😊 Ahaayy.. emang keripik apaan itu ya. Seumur-umur baru kali ini ane nemu keripik seharga fantastis begitu 😊

Sekarang kita ke kacang-kacangan. Ada kacang ijo, kacang merah bahkan kacang kedelai. Lumayan juga harganya. Untuk kacang merah bsetengah kilonya berharga 3,39 Euro, jadi kalo sekilonya 6,78 Euro atau setara dengan Rp. 115.000. Harga kacang ijo lebih fantastis. Berkisar Rp.140.000 sekilonya. Wow

Kita beli sirup murni delima 100% dari buah. Ini untuk meredam kebiasaan suami minum soft drink. Iya rata-rata orang Eropa itu suka soft drink dibanding yang murni. Begitu juga kalo minuman yang dicari air minum tapi ga full murni karena ada mengandung soda. Kalo ane yang murni aja cukup air minum, kalopun yang kemasan botolan paling air mineral. Sekali beli sepaket 6 botol masing-masing isi 1,5 liter. Dari air pegunungan lho 😊Kita kadang suka keabisan karena supermarket ga stok banyak, karena ya itu tadi, orang Eropa lebih suka minuman bersoda. Harga sirup delima ini juga lumayan lho, 8,99 Euro atau berkisar Rp.153.000 per botol 😊 Sayangnya ane lagi-lagi  tetap ga ketemu sagu atau tepung tapioka, kalo tepung maizena ada tersedia.

Puas liat-liat produk bio kita lanjut ke lantai terakhir, lantai atas tempat bioskop yang nayangin aneka film dari lokal maupun mancanegara kayak Hollywood. Suami sempat heran ane cerita seumur-umur ane ga pernah ke Cineplex buat nonton film. Jadi inilah yang pertama kali ma suami. Ga apa-apalah kan dengan muhrim ya. Tiketnya lumayan juga bisa setengah juta rupiah. Hhhh.. Emak-emak paling tau harga 😊

Bener ini yang pertama kali ane nonton di bioskop. Lha jaman lagi muda dulu ngapain aja.. Bukan ga mau, jaman dulu itu kan juga tinggal di kota besar yang banyak bioskop, tapi ane tinggal jauh dari ortu sehingga ane pengen tetap jadi anak dengan imej baik 😊 Ane ga pernah nonton ke bioskop meski dengan kawan. Kalo anak muda kan emang dah biasa ya nonton film, biar gaul dan modern gitu.. tapi aneh ya ane ga sekalipun.. ya itulah ane. Dibilang kuper ya it’s ok. Rumah tempat yang paling aman.

Nah, tapi kali ini kita ke lantai atas ke bagian bioskopnya bukan untuk menonton film. Hanya liat-liat aja. Bagus juga pemandangannya diliat dari lantai atas. Ada beberapa bioskop di sini dengan menayangkan film baru maupun lama. Ane tertumbuk pada mawar yang di sangkar dalam kotak kaca bening, oh ternyata itu adalah untuk film selanjutnya The Beauty and The Beast atau kalo bahasa Jermannya Die Schöne und Das Biest.

Puas keliling-keliling saatnya kita pulang karena hari dah menjelang malam. Lumayan juga cuci mata kali ini. Tunggu episode refreshing selanjutny aala emak-emak  kala musim semi telah benar-benar datang ya..

Schreibe einen Kommentar