Tambang garam adalah perjalanan kita yang terakhir dari desa Hallstatt. Awalnya kita hanya sampai area Skywalk dengan mengendarai kereta gantung lho.. Kemudian menikmati panorama di atas ketinggian dan setelahnya kembali ke stasiun lembah
Ini karena ketika kita amati, tak ada tanda-tanda untuk ke area tambangnya. Meski kata suami sebelumnya di darat, kita akan ke ketinggian ini dan menikmatinya yang mungkin makan waktu berjam-jam
Tak patah semangat, kita mencoba berjalan ke arah sebaliknya dari arah pulang ke stasiun. Kita coba yuk.. kata suami yang segera kuikuti langkah kakinya menuju jalan yang telah dibersihkan dari sisa-sisa salju. Meski di lereng pegunungan kiri dan kanan masih nampak salju tebal seperti musim dingin saja. Padahal dah musim semi ya 😊
Pemandangan di sekitar area ini tak kalah indahnya dari area Skywalk. Seperti biasa andalannya pegunungan yang menjulang tinggi dengan salju abadi yang bercahaya diterpa sinar matahari laksana bertahta berlian. Medannya yang mendaki, curam dan tidak rata dengan pepohonan aneka rupa menambah nilai kecantikannya.
Meski begitu, ada agak sedikit aura menyeramkan saat melintasi area bangunan yang di dalamnya bersemayam sesosok tubuh tak bernyawa berusia ribuan tahun. Kemudian berjalan di area yang sunyi sepi dengan pepohonan tinggi menjulang dan suhu yang sangat dingin dan hembusan angin semilir sepoi-sepoi seakan menyapa kita
Akhirnya kita menjumpai keramaian orang dengan raut wajah bahagia dan lega yang turun dari kereta kayu. Bergegas kita ke arah situ yang ternyata mereka baru saja selesai dari tur tambang garang tertua di dunia ini. Wow.. pasti seru nih. Inilah mungkin yang dikira suami akan memakan waktu berjam-jam setiba kita di area tertinggi desa Hallstatt
Satu demi satu orang-orang berdatangan dari area kita sebelumnya menuju kemari. Satu tujuan ingin melihat tambang garam termasyur di dunia yang menjadikan desa Hallstatt terkaya di masanya. Area yang mulanya sunyi senyap sedikit ceria dengan kedatangan calon tur tambang garam yang bahasa Jermannya Salzwelten ini.
Kemana kita memulainya? Di kejauhan nampak bangunan yang berdiri tegak. Ke sanalah kita menuju yang disambut penjaga dengan super ramah. Kita dipersilahkan masuk ke ruangan yang ternyata ini semacam stasiun. Ada ruang cafe yang menyediakan makanan dan minuman ringan, ada ruang tunggu, ruang loket serta ganti baju
Di stasiun ini telah berkumpul sejumlah orang yang mengantri untuk ikut tur ini. Kita jadi bersemangat. Coba kalo aku kacapekan tadi karena berjalan beratus meter dan putar haluan, mungkin kita ga bakal kemari 😊
Tiket untuk tur ini per orangnya adalah 35 Euro atau sekitar Rp. 560.000 dengan kurs rupiah sekarang. Ini sudah termasuk baju khusus yang disediakan untuk kita pakai seperti baju astronot hendak ke bulan, tebal dan serba putih, sedkit semburat hitam di bagian paha. Baju ini diharapkan membantu peserta tidak kedinginan, karena suhu perjalanan tur di area tambang garam bawah tanah ini berkisar 8°C. Begitu juga menjaga kita aman dari segala kemungkinan seperti terjatuh
Pekerjanya cekatan lho memberikan baju ke masing-masing peserta.. Tahu aja ukuran bodi para peserta tur yang beraneka ragam tinggi dan berat serta usia 😊
Syarat peserta tur ini tak ketat. Anak kecil pun boleh ikut minimal berusia 4 tahun. Kulihat ada beberapa anak dan orangtua ikut tur ini juga. Kita juga boleh membawa kamera atau hp dan berfoto ria. Hanya saja tas dan propertinya ditinggal di loket. Oh ya.. ini hanya insan manusia yang ikut tur ya.. hewan peliharaan dilarang ikut 😊
Rombongan tur maksimal 50 orang dengan seorang pemandu yang menggunakan dua bahasa, Jerman dan Inggris. Bahasa Inggris ini digunakan untuk memudahkan para peserta yang kurang fasih berbahasa Jerman. Karena peserta ga hanya bule Jerman dan Austria saja, bahkan dari Eropa Timur dan tak ketinggalan wajah-wajah Asia, Cina dan Korea yang sangat menyukai Hallstatt karena filmnya yang pernah syuting dimari- juga India dan Asia Tenggara termasuk diriku
Saat keluar dari stasiun, aura bahagia nampak di wajah masing-masing peserta karena akan memulai petualangan yang lumayan mendebarkan sekaligus bikin penasaran. Kita menuju terowongan yang bernama Knappenhaus. Ini adalah tempat dimulai dan diakhirinya tur kita
Belum naik kereta kayu ya.. kata mas bule pemandu. Kita berjalan kaki. Mari berbaris satu-satu dan jangan coba-coba menyentuh kabel-kabel di dinding. Kalo nyicip garam boleh, tapi asin lho.. untuk yang tahan aja ya.. lanjutnya
Maka kita pun memasuki terowongan ini dengan berjalan kaki dan berbaris lurus dengan rapi. Riuh rendah komentar dan celoteh riang para peserta diimbangi suara mkrofon mas pemandu. Kulihat dinding terowongan memang penuh dengan kristal garam, kadang putih berkilau cantik menawan seperti permata. Tinggi terowongan ini sekitar 2 meter. Jadi para bule yang bertubuh jangkung mungkin agak sedkit merunduk. Di situasi ini aku merasa beruntung dengan tinggiku 😊
Sekitar 15 menit kita berjalan kaki untuk kemudian menggunakan kereta kayu dengan masing-masing 2 orang dan kemudi di depan. Aku tentu saja berdua ma suami. Aku di kemudi, suami di belakangku sekaligus menjagaku 😊 Begitu juga yang kulihat dari beberapa pasangan dan keluarga, sama seperti kita
Akhirnya sampailah kita di suatu ruangan bawah tanah. Di sini mas pemandu menceritakan kisah bagaimana garam ditambang. Ada sumur garam yang lumayan dalam. Garam-garam berbentuk bongkahan beragam model dan warna cantik menarik turut dipajang tergantung seperti daging kalo di pasar tradisonal 😊. Ada juga bongkahan garam segede gaban yang dibuat berdiri sehingga nampak berkilau yang memandangnya
Selanjutnya kita dibawa ke suatu tempat seperti studio. Kita duduk di bangku ynag terbuat dari kayu dan menonton cuplikan kisah mengenai tambang garam ini dari layar yang disediakan
Selesai sesi ini kita dibawa lagi menuju tempat perosotan untuk ke area bawah tanah lainnya. Lumyan kalo dilihat ke bawah seperti mau terjun bebas. Agak seram ihh..
Perosotan ini terbuat dari kayu yang sudah dihaluskan super licin tapi ternyata tak membahayakan dan menakutkan seperti yang ada di benakku dan mungkin beberapa peserta. Bagaimana cara menggunakannya biar asyik ya?
Cukup mudah. Kita tinggal duduk dengan kaki menjulur ke depan, jangan sekali-sekali dibentangkan. Nah biar aman, yang kuat duduk di belakang menjaga yang di depan. Seperti aku dan suami. Aku duduk di depan kemudian diikuti suami memelukku dari belakang dengan kaki yang juga menjulur ke depan. Langsung deh meluncur. Eh tau-tau dah nyampe di bawah aja. Lega rasanya😊
Kulihat peserta ada yang menjerit histeris, ada juga yang tertawa riang dan bahagia. Bagaimana dengan ekspresiku ya?
Tak hanya sekali lho. Kita naik perosotan ini sebanyak dua kali. Nah yang kedua kali ini difoto spontan dari kamera yag terpasang sehingga kita tau ekspresi kita dan seberapa cepat kita sampai. Aku dan suami kecepatan meluncurnya 25,4 km/jam
Sesampainya di ruangan bawah tanah (lagi), aku melihat video bagaimana para peserta termasuk kita meluncur dengan perosotan ini 😊
Dan tiba-tiba kami semua dibuat takjub dengan pemandangan ruang bawah tanah ini. Ada pagar yang membatasi ruangan dengan bagian di depannya. Nampak sungai dengan airnya yang jernih. Karena gelap, lampu-lampu yang dipasang membuat sekitar ruangan dan sungai ini terang berkilau indah.
Di sini juga kita menonton seperti di ruang bioaskop, kaleidoskop kisah tambang garam. Bagaimana area yang menjadi salah satu yang pertama dihuni orang Eropa ini mulai menemukan tambang garam dan masyarakatnya menambang garam yang berlimpah. Berawal dari menggunakan alat yang sederhana namun paten punya seperti martil hingga peralatan modern
Dua alat sederhana untuk menambang garam di masa itu dijadikan lambang tambang garam desa Hallstatt saat ini
Lanjut lagi kita ke studio selanjutnya. Menonton lagi kisah perkembangan area pertambangan garam ini dengan pekerja yang semakin banyak dan penemuan aneka jenis garam yang bermutu tinggi yang disandingkan dengan garam-rgaram dari berbagai belahan dunia lainnya
Akhirnya selesailah tur kita yang memakan waktu lebih dari satu jam ini. Kita naik lagi kereta kencana eh kereta kayu yang membawa kita keluar dari Knappenhaus. Di sini nampak suara riuh rendah yang ternyata ada air yang mengalir jernih
Banyak info yang didapat dari tur tambang garam ini sekaligus menikmati pemandangannya yang menakjubkan
Kita kembali lagi ke stasiun, berganti baju dan membawa barang-barang yang kita titipkan. Eh ternyata foto para peserta yangmeluncur di perosotan dipajang satu-satu lho di sebuah lemari kaca. Nah kalo mau foto kita yang penuh ekspresi itu, kita harus membayar sebuah 9 Euro atau sekitar Rp. 144.000
Terakhir, kita dapat suvenir masing-masing sebotol garam kristal seberat 10 gram 🙂
Nah demikianlah pemirsa laporanku kali ini. Semoga berkesan
Sampai jumpa lagi