Menanam seledri bule tangkai jumbo ala tropis berdaun lebat di musim panas di Austria

Musim panas musim bercocok tanam. Segala tanaman InsyaAllah aamiin tumbuh sejahtera aman sentosa. Aku prioritaskan menanam tanaman untuk melengkapi kebutuhan dapur emak-emak tropis, yang langka di Austria seperti cabe yang pedasnya poll nampol level Asia

Aku juga menanam seledri. Ada banyak yang melatarbelakangi kenapa aku menjatuhkan pilihan pada seledri. Pertama, seledri lumayan langka di Austria, kedua bibitnya tidak pernah aku jumpai, ketiga terpacu akan mitos yang mengatakan gampang-gampang susah menanam seledri, keempat obat kangen dengan kuliner tanah air, hingga bodi seledri itu sendiri 😊

Nah yang terakhir ini lumayan panjang ceritanya pemirsaah, melengkapi keseluruhan alasanku harus menanamnya dimari

Sebelumnya yuk kita kenalan dengan seledri terlebih dahulu

Deskripsi

Seledri atau daun sop atau bule bilang celery atau parsley sangat populer dalam dunia kuliner. Apalagi emak-emak tropis di Indonesia ya.. Kurang afdol rasanya kalo bikin sop tanpa seledri atau makan soto dan bakso tanpa daun top markatop ini 😊

Biasanya yang digunakan adalah daunnya. Makanya seledri di Indonesia rata-rata berdaun lebat dengan tangkai yang kurus langsing seperti lidi. Kebalikan di Eropa (baca: Austria). Seledri yang digunakan adalah batangnya, sedangkan daunnya minimalis banget alias sedikit sekali. Saking sedikitnya bisa dihitung per helai dari berat bodinya hingga setengah kilo ini. Waduh..

Apa bule ga suka daunnya ya.. lebih suka batangnya yang krenyes manja saat dikonsumsi?

Hmm.. bukannya ga suka ya pemirsa.. tapi apalah daya seledri yang tersedia hanya model yang batangnya jumbo minimalis daun

Ternyata seledri di negara Eropa memang jenis yang berbodi jumbo dengan batangnya/tangkainya yang ramai dan penuh seukuran gagang sapu. Wow.. Aku aja saat pertama kali mengenalnya kaget luar biasa. Hampir saja kecele tangkai-tangkainya yang seukuran gagang sapu yang terlanjur kubeli itu menjadi penghuni tong sampah dan hanya menyisakan daunnya sehelai dua helai

Ternyata tangkai-tangkainya itu yang malah dimanfaatkan untuk acara masak memasak

Nah sekarang kita lihat yuk profil seledri tanah air dan seledri Eropa

Seledri tanah air

Umumnya seledri yang biasa tumbuh di Indonesia adalah seledri daun atau seledri iris dengan spesies A. graveolens kelompok Secalinum, yang biasa diambil daunnya dan banyak dipakai pada masakan di Indonesia

Seledri Eropa

Umumnya adalah seledri tangkai dengan spesies A graveolens kelompok dulce, yang tangkai daunnya membesar dan beraroma segar, biasanya digunakan sebagai bagian dari salad

Nah itulah dia perbedaan seledri di tanah air dan di Eropa (baca: Austria)

Jadi dengan demikian patutlah kalo aku tidak pernah menemui seledri ala Indonesia berdaun lebat dan imut-imut di Austria. Namanya juga di barat ya yang serba jumbo, jadi seledri pun ikut-ikutan berbodi jumbo 😊 Eh tapi memang begitu adanya sih..

Kehadiran seledri bule terbilang jarang di supermarket. Kadang ada kadang tiada. Kebanyakan produk impor dari negara tetangga seperti Italia

Bibitnya apalagi, ga pernah aku temui. Adanya yang mirip fisiknya dengan seledri, yaitu peterseli. Segala ada, yang segar maupun bibitnya siap tanam

Keadaan ini membuat aku berpikir bagaimana caranya membudidayakan seledri ya.. minimal untuk obat kangen ma tanah air. Biasanya kan kalo kita ngebakso atau makan soto dan sop selalu ditaburi seledri atau daun sop kan..

Awalnya aku bertujuan hanya untuk memenuhi kebutuhan akan seledri aja, mengingat kehadiran seledri di supermarket Austria timbul tenggelam, sementara kalo acara masak memasak yang perlu seledri tapi ga ada bahannya, serasa ada sesuatu yang kurang

Bagaimana caranya? Yuk ikuti perjalanannya

Dimulai dari bibit ya

Bibit

Merupakan impian terindah mendapatkan bibit seledri di Austria. Tapi sayangnya belum terkabul juga. Dari keluar masuk toko kebun, toko bunga hingga supermarket ga pernah aku temui dijual bibitnya. Kalo sejawatnya kerap ane temui yaitu peterseli, baik dalam bentuk biji maupun tanamannya yang sudah jadi siap pelihara 😊

Nah mulailah aku berinisiatif untuk memanfaatkan limbah dapur. Biasanya tak pernah terpikir untuk memanfaatkan limbah dapur. Pokoknya buang ke tong sampah, selesai 😊

Adanya bonggol seledri membuat aku memanfaatkannya dengan menanamnya kembali. Sayang banget kalo sampai dibuang. Aku pernah mendengar kalo sisa limbah dapur seperti bonggol sayur bisa ditanam kembali, seperti daun bawang dan kelompok sawi. Kalo daun sop bisa ga ya?

Kenapa tidak? Dicoba saja biar tahu daun sop bisa hidup dengan sisa bonggolnya apa tidak. Jadilah bonggol seledri ini menjadi bibit

Media tanam

Ada dua pilihan, pada media air atau tanah

Ada yang diletakkan di media air dan seterusnya hidup bergantung air. Atau diletakkan di media air terlebih dahulu untuk menumbuhkan akarnya kemudian dipindahkan ke media tanah. Bisa juga. Tergantung cara mana yang disukai tuannya dan cocok di hati seledri 😊

 

Kalo aku langsung ditanam di media tanah

Media tanahku biasa saja. Tanah dari penanaman tahun lalu yang digemburkan terlebih dahulu. Harus digemburkan lho agar tanaman kelak mudah bernafas dan mengambil nutrisi dengan baik.

Tanah yang menganggur 3 kali berganti musim ini memang harus digemburkan terlebih dahulu karena kerasnya alamak seperti batu. Saat musim dingin tanahnya membeku, saat musim semi setengah beku dan musim panas kering kerontang

Selanjutnya disiram rutin minimal sehari sekali. Jangan sampai kekeringan, jangan pula kebanjiran/becek

Setelah beberapa saat lamanya media tanah siap untuk digunakan

Budidaya

Seledri seberat hampir setengah kilo itu aku potong seperlimanya dan menyisakan bagian dasar dan bodinya setinggi 4 cm. Selanjutnya bodi ini aku tanam di pot dengan media tanah yang telah tersedia

Perhatikan setiap hari keadaan bonggol seledri, dimulai dari tangkai-tangkai di sekelilingnya. Apakah lumer (berair). Karena kalo lumer kemungkinan besar bonggol busuk dan penanaman gagal. Seandainya masih kokoh, alhamdulillah lanjutkan perjuangannya 😊

Siram dengan hati-hati di sekelilingnya. Usahakan jangan kena sekujur tubuhnya. Penyiraman bisa dilakukan 2 kali sehari jika suhu terik. Jangan terlalu banyak menyiramnya. Jangan sampai media tumbuhnya becek dan tergenang air, karena seledri tidak suka

Pertumbuhan

Tanda-tanda kehidupan bisa dilihat saat satu persatu daun-daunnya bermunculan dari sela-sela kerumunan tangkai yang gemuk dan jumbo. Semakin hari semakin banyak dan mengalahkan tangkai-tangkai disekelilingnya

Jika kehidupan ini terus berlangsung berarti seledri berhasil tumbuh dengan daun-daunnya yang lebat.

Alhamdulillah seledriku tumbuh sesuai dengan impianku memiliki daun-daun yang lebat. Meski ga sama persis dengan seledri di tanah air Indonesia tercinta, minimal mendapatkannya sungguh anugrah yang tiada terkira 😊

Mitos gampang-gampang susah kalo menanam seledri memang benar adanya, tapi tidak sepenuhnya benar. Yang jelas kita harus mengetahui apa maunya seledri seperti media tanah, suhu, cuaca, air dan sinar matahari yang semuanya tergantung musim jika di Eropa. Musim yang baik untuk pertumbuhannya adalah di musim panas, dimana media tanah, cuaca dan kawan-kawan sangat optimal dan sangat disukai tanaman.

Padahal aku awalnya coba-coba lho.. bonggol seledri aku tumpangi ke tanaman kacang panjang. Eh tumbuh.. Karena tak tega dianyempil begitu akhirnya aku berikan tempat khusus agar dia leluasa tumbuh

Ok deh.. Balik lagi jpertumbuhannya. Nah selanjutnya tentu saja perhatian dan pemeliharaan yang telaten. Seperti hati manusia, untuk meraih cintanya kita harus mengetahui apa maunya, seperti perhatian dan cinta yang tulus.. ya kan pemirsaah 😊

Nah saat seledri telah kuat tumbuhnya, kita bisa mengambil tangkainya dengan cara mengiris seperempat dari ujung tangkainya

Jadi deh untuk acara masak memasak ala emak-emak tropis

MasyaAllah alhamdulillah

Bagaimana.. dah mirip dengan seledri tropis berdaun lebat kan? Boleh tuh dicoba untuk pemirsa yang berada di luar negeri khususnya di Eropa

Nah sekian dulu pemirsa edisi kali ini mengenai seledri bule dan menanamnya di musim panas di Austria ya

Semoga bermanfaat

Sampai jumpa lagi

Schreibe einen Kommentar