Pete atau petai adalah sayuran khas Indonesia. Pete yang berbentuk seperti biji kacang ini berasal dari pohon Parkia spesiosa dan keluarga Fabaceae atau polong-polongan, yang tersusun rapi dalam papan sepanjang sekitar 30 cm
Pete sangat disukai warga Asia Tenggara dan tropis, terlebih-lebih negara kita tercinta Indonesia Raya đIni karena pete begitu nikmat dikonsumsi, baik mentah maupun dimasak dengan bumbu-bumbu cinta dan pelengkap lainnya, seperti udang dan teri
Ya.. pete telah menjadi salah satu ikon kuliner Nusantara yang sangat terkenal dari Sabang sampai Merauke karena kenikmatannya. Hampir seluruh warga negara Indonesia menyukainya. Bisa dihitung dengan jari yang tak menyukainya, mungkin menghindari tepatnya ya.. karena baunya yang aduhai đ
Baunya disinyalir berasal dari berbagai asam amino yang didominasi oleh asam amino yang mengandung sulfur atau belerang. Ketika terdegradasi menjadi komponen yang lebih kecil, asam ini akan menghasilkan satu gas yang bernama Hidrogen sulfida yang terkenal sangat bau. Begitu kisahnya pemirsa
Ok kita lanjut lagi
Aku juga suka pete meski ga mania banget. Ada ataupun tak ada dalam menu harian tak jadi soal buatku. Lain halnya kalo tak ada sambel atau minimal cabe, terasa ada sesuatu yang hilang dalam rasa makanan. Maklum ya.. selera Indonesia dimanapun berada tak kan tergantikan
Emak-emak tropis di bumi Eropa rata-rata menyukai polong hijau legendaris ini. Bukan rahasia umum lagi bela-belain bawa pete saat pulang dari mudik. Atau jastip (baca: jasa titip) ke teman dan handai taulan yang dolan-dolan ke Eropa. Atau membeli online via teman sesama anak bangsa
Aku belum pernah sih seperti itu, pun menjumpai pete di supermarket bule selama bertahun-tahun lamanya. Sampai suatu ketika aku menjumpainya. Bukan di supermarket bule, melainkan toko yang mendedikasikan pada produk-produk Asia
Saat aku belanja bareng suami ke toko Asia langganan kita, aku menjumpainya teronggok manja di lemari pendingin khusus produk segar
Wow.. betapa supraisnya aku. Kegirangan dengan senyum lebar menawan membuat suamiku sedikit heran. Tapi selanjutnya menjadi maklum, karena tau istrinya memang suka kalo diajak ke toko dambaan emak-emak tropis ini đ
Pete ini sudah keluar dan papannya dan bersih hijau segar sangat menawan hati. Pete dikemas dalam wadah yang ukurannya sama dengan telapak tanganku
Harganya lumayanlah kalo dibandingkan dengan harga di tanah air. Tapi kalo di Austria ini harga yang wajar mengingat mendatangkannya nun jauh di sana dari seberang Benua. Belum lagi resiko kalo baunya semerbak sampai keluar dari paket, bisa heboh petugas bule. Panjang urusannya nanti. Makanya ekstra hati-hati pengirimannya dan ini termasuk yang perlu diperhitungkan juga
Jangan tanya kenapa ga nanam aja seperti sayuran legendaris lainnya yaitu kangkung ya.. Apalagi pohonnya dimari. Entah di masa depan nanti jikalau para bule berminat dan menyukai pete layaknya orang kita Indoenesia. Siapa tahu đ
Pete yang diimpor dari negera tetangga Indonesia yaitu Thailand ini per kemasannya dihargai 7,50 Euro atau setara dengan Rp.118.000 untuk kurs saat ini
Sebagai informasi, aku menjumpai pete ini di toko Asia di provinsi aku dan suami tinggal yaitu Oberösterreich, tepatnya di kota Ried dan ibukota provinsi ini yaitu kota Linz
Nah demikianlah pemirsa laporanku untuk kali ini
Semoga bermanfaat
Sampai jumpa lagi