Jalan-jalan ke kota Linz selalu menyenangkan, apalagi jalan kaki menelusuri pusat kotanya, kita lebih leluasa melihat pemandangan kota. Selain sebagai ibukota negara bagian Austria, Oberösterreich, kota yang penuh pesona ini adalah kota ketiga terbesar di Austria.
Nah, kali ini toko Asia ga luput dari target kita juga. Ga sabaran rasanya ane pengen tau apa aja yang ada di toko ini. Bagi orang Asia termasuk ane, toko Asia adalah sesuatu banget, bak penyelamat di tengah kerinduan kita akan kampung halaman.
Ini juga berkat ane yang sedikit koar-koar di dumay pengen tapioka dan temen ane yang baik hati yang tinggal di Belgia memberitahu ane kalo di kota Linz ada toko Asia. Lengkap ma alamat dan nama nyonya pemilik tokanya. Makasih ya Ev 😊
Kenapa emang di daerah tempat tinggal ane ga ada apa toko Asia? Maklum ya ane tinggal di gemeinde yang hanya memiliki populasi sekitar 2008 orang. Gemeinde adalah bagian terendah dalam sistem pemerintahan Austria. Kita tinggal di salah satu dari 34 gemeinde yang ada di bezirk. Nah setelah gemeinde adalah bezirk, yang berjarak sekitar 2 km dari rumah. Bezirk kita adalah salah satu dari 15 bezirk yang ada di Bundesland kita tinggal, yaitu Oberösterreich. Nah selanjutnya adalah Bundesland. Bundesland adalah negara bagian Austria. Di Austria sendiri memiliki 9 negara bagian dan terakhir adalah stadt, ibukota negara Austria yaitu Wina.
Jadi kalo mau belanja toko terdekat ya di bezirk yang setingkat lebih ramai dari tempat kita tinggal, yang merupakan ibukotanya gemeinde kita tinggal. Jangan ditanya warung-warung tetangga di sini ya seperti yang biasa terdapat di Indonesia ya, yang hampir setiap rumah buka warung. Beli garam aja kita ke kota dulu 😊 Kemungkinan terbesar toko Asia ga ada di daerah kita tinggal karena penduduknya yang masih asli orang sini, jadi ampir ga ada peminat. Kalopun ada peminat mungkin itu adalah ane. Tapi kalo di bezirk yang penduduknya lebih ramai, swalayan ada menjual produk Asia meski sangat terbatas.
Dari pusat kota Linz dekat alun-alun kotanya kita berjalan kaki melalui bangunan toko, mal, restoran akhirnya sampai juga ke tokonya yang berada di seberang jalan. Ukuran tokonya ga begitu besar, sama dengan kamar ukuran 3×4 meter. Aura Asia terpancar di toko ini. Senang banget akhirnya nemu toko yang diidam-idamkan orang Asia ini 😊
Pertama kali masuk kita disambut dengan rak deretan kacang-kacangan. Ada beraneka ragam kacang mentah di sini, seperti kacang hijau dengan kemasan plastik 400 g yang diwadahi kardus. Ada juga kacang mete. Sama aja harganya dengan di toko lain harganya di atas 17 Euro per kilogram. Hhhh.. kirain harganya miring dikit 😉
Lanjut kita ke rak minuman. Ada bermacam minuman buah ini. Ane cari yang ala Asia aja. Ini dia mnuman jambu biji. Sekalengnya isi 300 ml seharga 1,4 Euro atau sekitar Rp.23.800 Hmm, lumayan obat kangen. Suami pun suka banget ma minuman ini sewaktu main ke Indonesia. Kita beli 3 kaleng 😊
Incaran ane sebenarnya ke toko Asia adalah tepung tapioka alias sagu. Berdebar hati ane mencarinya, seperti mau ketemu belahan jiwa pertama kali aja 😊Ketemu ga, tanya suami ane. Suami emang dah ane beritahu jauh-jauh hari kalo ke toko Asia ini mau beli tepung tapioka.
Akhirnya ketemu juga pemirsa. Senang banget lihat sosok tepung tapioka ini setelah vakum sekian lama ga berjumpa 😊 Suami ikut senang juga lihat ane senang. Ternyata benda ini toh yang diidam-idam istri ane 😊 Senang dua kali nemu tepung beras juga. Dalam pikiran ane dah terbayang mau bikin bubur sumsum dan cendol 😊 Apalagi sebentar lagi mau puasa ya.
Ketemu target ane tepung tapioka bukan berarti hunting kita selesai sampai di sini. Ane antusias memperhatikan dengan seksama produk-produk yang dijual di sini. Suami ga kalah semangatnya ngingatin ane untuk memfoto produk-produk ini. Beliau paling hafal tabiat ane kalo berada di toko. Hhhh.. Bener juga..
Ketemu sekawanan saos. Bahasa Jerman untuk saos ini adalah ketchup, sekilas ejaannya mirip kecap 😉 Tapi kita lagi ga beli saos. Soalnya kalo ini biasa di toko lain juga ada. Tapi yang luar biasa adalah nemu kecap dengan label halal. Di toko ini kecap masuk kawanan saos juga. Hhh, ok kecap ini kita beli. Siapa tau mau goreng nasi atau bikin semur 😊 Harga sebotol kemasan 150 ml kecap made in China ini 1,3 Euro atau sekitar Rp.22.000
Lanjut lagi kita ke rak yang menjual aneka mie. Ada beraneka ragam mie termasuk mie merk terkenal Indonesia, mie goreng Indofood dan kawan-kawan.Tapi kemasannya 2 kali lebih mungil dari yang biasa kita temui di Indonesia. Nah lho. Sayangnya ane ga kepikiran untuk memfotonya 😊
Nah, biasanya orang Asia identik ma agar-agar ya. Pengen banget makan puding buatan sendiri. Tapi lumayan juga nyari agar-agar di antara rak-rak yang tersusun hanya di sisi kiri dan kanan ini. Ada beraneka ragam puding bubuk instan siap masak. Ga mau ngabisin waktu, ane tanya sama emak-emak yang ane rasa pemilik toko ini, jual agar-agar ga. Ane bilang seaweed. Iyalah kalo pake bahasa Indonesia agar-agar dijamin beliau ga tau.Nah benar kan beliau ga kenal sama seaweed apalagi bahasa Indonesianya agar-agar 😉
Ada sekumpulan tahu Jepang di sini. Tofu istilahnya. Tapi ga ada label halalnya. Udah kita lewatin aja 😊
Saat ke keranjang umbi-umbian, ane ketemu talas dan ubi jalar, senang itu 😊 Tapi kali ini kita ga beli ubi jalar karena kita temukan juga di toko langgangan kita.
Nah, sekarang ke kawanan sayur yang diletakkan khusus di lemari berpendingin. Tapi lagi ga banyak stoknya. Yang bersisa hanya sayur sawi, kecambah dan jagung muda, pas ini untuk bikin capcay 😊 Tiba-tiba lagi asik memfoto sayur mayur, seseorang bilang, besok sayur mayurnya datang dari Thailand. Kamu turis? Kaget juga ane dan menoleh ke yang empunya suara, ternyata bapak-bapak berparas oriental yang ane rasa adalah pemilik toko ini. Mungkin beliau mengira ane turis karena memfoto dagangannya ya. Maklum kelakuan turis kan emang begitu, dimana pun berada, biar dikata eksis selalu memfoto sebagai barang bukti sah melakukan perjalanan. Mana wajah ane juga turut mendukung sebagai turis 😊
Ane jelasin kalo ane bukan turis dan telah tinggal di Austria dengan suami ane orang Austria, sambil nunjuk suami ane yang megang belanjaan kita. Beliau menganguk dan antusias banget bilang kalo mau belanja sayur, besok kemari lagi. Produk-produk yang dijual di sini diimpor dari Bangkok, Thailand. Tiap minggu produk yang baru datang dimari. Ga lupa tanya ane dari negara mana, mungkin sebangsa ya karena mata ane yang sipit 😊 Saat ane jawab ane berasal dari Indonesia, beliau makin antusias dan bilang tau ma kota Jakarta. Hhmm, lumayan masih ada di Austria ini yang tau ma Jakarta Indonesia ya 😊
Setelah puas mutarin toko dengan mengamati produk-produknya, kita melakukan transaksi pembayaran dengan bapak tadi. Lumayan ramah beliau. Sebelumnya suami tanya lagi, masih ada ga yang ane butuhkan. Besok-besok kalo kita ke Linz, kita ke toko ini ya. Oh, tentu 😊Senangnya suami ane pengertian.
Sebelum keluar toko, ane perhatiin lagi rak-rak yang menjual produk-produk impor ini, mungkin masih ada yang kurang. Tepung tapioka, tepung beras, minuman kaleng jambu biji, kecap, ok ane rasa cukup segini aja dulu. Suami senyum lihat tingkah ane. Finish? tanya beliau. Setelah yakin ga ada lagi yang ane pengen beli, kita berlalu juga dari toko Asia yang ga lupa dapat ucapan terima kasih (vielen dank bahasa Jermannya) dari bapak pemilik toko ini.