Ada layar tancap di Eropa? Ah, yang benar.. Layar tancap kan identik dengan kaum papa dan biasanya hanya ada di kampung-kampung yang tak ada bioskopnya, yang penontonnya berjubel-jubel dan kadang-kadang menonton dengan hebohnya bikin ramai suasana.
Jamanku tak ada begitu pun di tempat tinggalku. Tapi aku tahu dari berita 🙂 Itu di Indonesia yang dengan semakin canggihnya teknologi sekarang malah tak ada. Tapi layar tancap yang ini ada di kota terbesar dan merupakan ibukota negara Austria lho.. tepatnya di kota Wina.
Bukan sembarang layar tancap. Tapi layar tancap yang menghibur rakyat yang biasa ada di musim dingin di kawasan wisata ramai pengunjung. Wah sepertinya menarik nih untuk diketahui 🙂
Saat itu aku sedang jalan-jalan sore dengan suami di musim dingin yang mengharu biru dinginnya di Stephansplatz, area terbesar di kota Wina. Untuk ke sini kita naik kereta api bawah tanah dari stasiun Westbahnhof, hanya 2 menit aja dari hotel kita menginap di area Längenfeltgasse. Canggihnya kereta api disini, sepertinya hanya sekejap mata dah sampai kita. Kerenlah untukku warga tropis ini 😊
Stephansplatz merupakan pusat kota Wina yang ramai dengan aktivitas sepanjang hari, sangat semarak karena adanya pertunjukan jalanan dan iring-iringan turis yang lalu lalang baik lokal maupun mancanegara, yang menikmati alun-alun kotanya. Aku seperti terlelap karena kecil dibandingkan badan orang sini yang rata-rata tinggi besar. Tapi tak masalah, tetap lancar aku menyusuri jalan-jalan dikawasan ini. Yang penting tahan capek aja😊
Aku perhatikan orang-orang yang lalu lalang disini juga tak ada capek-capeknya jalan. Padahal lumayan lho untuk menyusuri area ini yang rasanya tak ada habis-habisnya untuk ditelusuri ini. Ternyata penduduk Wina itu gemar jalan-jalan, baik di jalan utama, taman-taman maupun hutan wisata. Berbagai obyek wisata sengaja dirancang agar bisa menunjang kegiatan jalan-jalan, termasuk di Stephansplatz ini. Jadi kalo sekedar jalan-jalan di kawasan ini sudah biasa bagi mereka
Karena musim dingin, ormanen untuk menambah keceriaan musim ini agar tak sendu kelabu dipasang seperti lampu hias yang menghubungkan dua sisi bangunan dan lampu bulat segede gadan berwarna merah cerahdi tengah-tengahnya
Ok kita lanjut lagi ya
Di sini kita temui banyak bangungan bersejarah yang sudah tua dan berkesan klasik, tapi tetap anggun dan elegan. Seperti Stephansdom (katedral St. Stephen), gereja gaya gothik yang terkenal dengan arsitekturnya menara selatan sebagai titik tertinggi katedral yang dikonstruksikan selama 65 tahun dari tahun 1368 sampai dengan tahun 1433. Bagian atapnya dihiasi oleh 230.000 ubin kaca berbentuk mozaik elang berkepala dua, merupakan simbol keluarga Habsburg yang pernah berkuasa.Katedral bergaya gotik ini sering disebut juga oleh penduduk lokal dengan nama Steffl.
Suami menawari aku untuk masuk kemari. Penasaran seperti apa sih di dalam. Akhirnya kita masuk ke dalamnya dan melihat peninggalan religius dan artistik. Meski hanya sebentar karena ramai pengunjung, mana gelap juga, masuknya juga antri😊
Lanjut kita menyusuri jalan. Karntner Strasse, pusat belanja dan jalan-jalan terbentang dari alun-alun Stephansplatz di depan katedral Stephansdom bersatu dengan Ringstrasse dekat Wiener Staatsoper (gedung opera Wina). Nah, saat kita sedang asyik-asyiknya jalan ternyata ada layar lebar di dinding bangunan (seperti tv besar) dan penonton yang duduk manis di kursi-kursi berderet beraturan yang memang telah disiapkan. Karena di ruang terbuka dan di jalan umum maka orang-orangpun lalu lalang tapi tetap tak mengganggu kenyamanan yang menonton. Kadang-kadang yang lalu lalang mendadak berhenti dan ikut menonton juga, termasuk kita, sekalian rehat ya😊 Meskipun bahasa Jermanku masih patah-patah, tapi aku larut menikmati opera ini. Sepertinya ini kisah upik abu gitu, jaman kerajaan dulu😊
Masih adakah ya layar tancap begini di tanah air kita. Kalo di Indonesia yang begini dianggap kampungan. Tapi disini malah berseni. Sebenarnya bagus juga lho diadakan, nonton bareng dan menyatu dari penduduk lokal maupun mancanegara
Oh ternyata kita berada di depan gedung opera Wina, Wiener Staatsoper yang terlihat jelas di atas layar lebar. Pantesan ada layar tancap gratis… dan saat kita ke sini jalan-jalan sore tepat di akhir tahun memang ramai dan biasanya ada perayaan menampilkan berbagai kesenian seperti opera musik terbuka ini, teater, pertunjukan musik dan bakat. Perayaan terbesar di Wina diadakan dua kali dalam setahun, yaitu saat malam tahun baru dan pra paskah (Lent).
Jauh-jauh ke Eropa nemu layar tancap. Haha lumayan untuk laporan ke pemirsa
Kita tak lama menonton operanya, karena hari dah menjelang senja meski jam baru menunjukkan pukul 4 an, mana dingin juga ya di cuaca yang seperti berada di kulkas saja. Maklum darah Indonesiaku belum terbiasa dengan yang dingin-dingin.
Ok deh.. sekian dulu edisi kali ini mengenai jalan-jalan kita ke kawasan Stephansplatz dan menemukan layar tancap dimari
Sampai jumpa lagi