Semenjak jadi ibu rumah tangga alias emak-emak now, ane punya waktu luang lebih dibanding waktu masih gadis kemarin, ya maklum karena ane kerjanya di rumah aja, jadi bisa atur waktu suka-suka đTermasuk meluangkan waktu sejenak pada tiga momen penting dalam seminggu belakangan ini yang menyita perhatian ane. Pertama tentang hiruk pikuknya Piala Dunia, lanjut Pemilu Turki dan terakhir adalah Pilkada di tanah air tercinta Indonesia
Tapi yang paling menyita perhatian ane saat tanggal 24 Juni kemarin adalah Pemilu Turki. Momen ini disiarkan secara langsung di canel tv kita di Austria bertepatan dengan disiarkannya juga secara langsung laga Piala Dunia yang super heboh. Sama-sama penting karena siaran ini untuk hajat hidup orang banyak. Yang satu lebih banyak ke hiburan, yang satunya lagi Pemilu Turki menjadi lebih bermakna karena momen ini menentukan ga hanya hiburan semata, tetapi lebih kepada kelangsungan hidup atau hajat hidup orang banyak, khususnya muslim seluruh dunia.
Kenapa Pemilu Turki kemarin menjadi sangat penting? Apa karena ane masih ada bau-bau Turkinya? Bukan.. jauh banget lagiđTapi karena adanya tokoh tangguh yang berani menyuarakan kebenaran. Pak Recep Tayyip Erdogan merupakan sosok yang sangat karismatik yang dipundaknyalah saat ini muslim berharap. Ga ada sosok pemimpin yang begitu disegani saat ini apalagi yang bergelar muslim selain Pak Erdogan.
Kemenangan Pak Erdogan sama dengan kemenangan muslim seluruh dunia. Di negerinya sendiri lebih dari 50% rakyat memilihnya. Untuk pemilih yang berada di luar negeri hasilnya ga kalah menggembirakan. Bahkan Austria menjadi negara Eropa yang tertinggi pemilihnya dengan perolehan 60% lebih diikuti negara-negara Eropa lainnya. Hanya di AS yang memperoleh suara terkecil belasan persen saja. Ga heran karena AS secara terang-terangan adalah pendukung pemberontak Kurdi dan partainya PKK yang berhaluan komunis yang ga menyukai Pak Erdogan. Pemilihnya juga kebanyakan sekuler, kebarat-baratan yang ga suka Islam tumbuh kembali di Turki.
Pak Erdogan ga bisa diatur pihak manapun. Hal ini bikin Barat uring-uringan. Segala cara dilakukan agar Turki manut pada keinginan Barat. Tapi Turki sekarang bukanlah Turki yang dahulu berhaluan sekuler yang digadang-gadangkan Barat maju seperti mereka, padahal itu adalah akal-akalannya mereka. Kenyataannya Turki sukses hancur berat. Barat mencoba berdiri dibelakang capres sekuler Muharrem Ince, mpok Meral Aksener dan lain-lainnya untuk merecoki Turki. Sekali lagi Turki sekarang bukanlah bodoh yang manut pada Barat, terbukti paham sekuler sudah terbukti ga laku dan gagal di seluruh dunia Islam. Rakyatnya mulai mengerti makar musuh-musuh Turki.
Perlahan tapi pasti dibawah kepemimpinan Pak Erdogan rakyat Turki mulai meninggalkan sekularisme. Kehidupan beragama hidup kembali. Masjid-masjid ramai didatangi jemaah untuk sholat subuh sama seperti sholat Jumâat. Azan berkumandang dimana-mana. Sejarah mencatat azan pernah dilarang di era sekuler, kalo pun ada menggunakan bahasa Turki bukannya Arab. Bahkan seorang tokoh karismatik Adnan Menderes sampai dihukum gantung karena memperotes kebijakan pemerintah kala itu yang jauh dari nilai-nilai Islami. Astaghfirullahalazim. Ya Allah Ya Rabbi.
Ane baru tahu tokoh karismatik ini saat mengunjungi Turki untuk liburan bersama suami tercinta di bandara Izmir yang bernama Adnan Mederes. Ane kira nama ini adalah nama seorang Barat, tapi disanggah suami ane yang menjelaskan beliau adalah pahlawan yang memperjuangkan agama Allah di masa itu. MasyaAllah..
Ga ada kata terlambat buat kaum tua yang pernah hidup di era sekuler yang sekarang dah berstatus nenek-nenek, kakek-kakek untuk belajar agama seperti mengaji dan sholat, bahkan emak-emak dan anak muda berbondong-bondong menghidupkan kembali cahaya Islam.
Pak Erdogan membangun Turki sesuai cita-cita rakyatnya. Saat negara banyak yang ngutang pada IMF, beliau malah emoh dan balas membayar lunas hutang-hutang yang ditinggalkan penguasa terdahulu, bahkan untuk nyicil seperti yang ditawarkan IMF pun beliau tolak. Karena tau IMF ga menyelesaikan keuangan negara, terjerat riba seumur-umur iya đ Darimana Pak Erdogan melunasi semua hutang Turki saat itu? Dengan berani beliau menjual aset negara seperti Telekom dan lain-lain, dengan hasil ini beliau membayar lunas hutang hingga Turki ga ada hutang sama sekali saat ini. Enak lho ternyata ga punya hutang itu đ Hmm, jadi aset negara hilang dong. Oh tentu tidak. Orang sekaliber Pak Erdogan tidaklah bodoh. Dengan tidak adanya hutang Turki bisa membeli kembali aset negara yang telah dijual
Pak Erdogan bukanlah seorang diktator seperti yang dituduhkan media-media Barat. Di era beliaulah presiden bisa dipilih langsung oleh rakyat. Bahkan orang Kurdi yang selama ini selalu merasa diasingkan karena propaganda era sekuler diberi kesempatan berkembang seperti ada chanel tv tersendiri dan membangun usaha. Tapi saking kebablasannya ada juga memberontak terhadap negara, seperti partai terlarang mereka PKK yang berhaluan komunis.
Di luar negeri, di era Pak Erdogan Turki kembali diperhitungkan Eropa karena keberhasilan pembangunan dalam negeri yang berkembang pesat yang tentunya untuk kebaikan umat dan juga kebijakan politik luar negerinya yang pro terhadap orang-orang lemah, seperti pengungsi Rohingya, Suriah dan tentu saja di Palestina
Ga ada pemimpin di era ini seperti Pak Erdogan yang setiap hari pidato dan berdialog dihadapan rakyatnya dari kota yang satu ke kota yang lainnya tanpa kenal lelah. Masalah apapun tentang negara ga ada yang dirahasiakan pada rakyatnya, hal ini membuat rakyat ga tua muda sampai balita begitu mencintainya, bahkan umat muslim seluruh dunia termasuk Indonesia sangat mendambakan kepemimpinanya yang elegan.
Mau ga mau, dunia angkat topi buat Pak Erdogan. Saat beliau terpilih kembali, telepon berdering dari berbagai negara mengucapkan selamat buat beliau. Dari Barat hingga Timur
Selamat buat rakyat Turki dan seluruh muslim. Lanjutkan perjuangan Pak Recep Tayyib Erdogan